Selasa, 12 Juni 2012

Syukur ataukah kufur


*Oleh Timtim A. Wicaksono

Alhamdulillah segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. Ikhwah fillah yang senantiasa dirahmati Allah. Marilah senantiasa kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita, ni'mat yang berupa sempat maupun ni'mat yang berupa sehat. bahkan didalam Al-quran telah ditegaskan “Jika kamu menghitung-menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya (menghitungnya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl : 18). Kedua nikmat ini terkadang kita lupakan. bahkan secara tidak kita sadari di kehidupan sehari hari, kita sering menegluh kesah, cemas, pesimis, dan lain sebagainya. hal inilah sering terjadi di kehidupan kita, bahkan kita sendiri pernah mengalami seperti itu. kejadian seperti itu karena kurang syukurnya kita kepada
sang khaliq Allah Swt. telah dijelaskan didalam Al-Qur'an QS. Ibrahim ayat ke 7 yang potongan ayatnya berbunyi ".....Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ketika kita cermati firman Allah tadi telah menekankan kepada kita sebagai seorang hamba yang beriman tentunya harus senantiasa bersyukur kepada nikmat yang Allah berikan. kenyataan yang ada di lapangan adalah memegang dalil tersebut secara kaffah bagi seorang mukmin adalah berat, karena tidak `semua orang sanggup dalam menerima suatu musibah. bahkan kalau iman seseorang itu tipis dapat mendekatkan seseorang kedalam kekufuran. kekufuran yang dimaksud disini adalah kembalinya dia kedalam kesesatan yang nyata dengan percaya pada paranormal, klenik, perdukunan, bahkan sampai dengan mengundi nasib pun beliau laksanakan. Inilah contoh kalau seseorang lemah dalam menangkis suatu cobaan akhirnya terbawa kedalam jurang kekufuran. Sungguh ini telah menjadi tombak berbahaya bagi orang-orang yang beriman agar senantiasa menjaga kekafahan islamnya agar tidak tergoyah walau ujian itu muncul. Bahkan Allah akan melaknat hambanya yang kufur terhadap nikmatnya. Permisalan Allah ta'ala yang telah dikisahkan pada zamannya Nabi Nuh Allah mengadzab kaummnya karena mereka kufur terhadap nikmat Allah yang telah diberikan
           Sahabat fillah yang dirahmati Allah, tentu dalam hati sebagai seorang yang benar benar beriman dan takut akan hari akhir maka melihat ancaman Allah dalam QS Ibrahim merupakan sebuah ketakutan yang luar biasa. karena ketakutan itu tidak hanya kaitannya manusia dengan manusia, namun kita dengan tuhan pencipta Alam semesta. jadi bersyukur merupakan hal penting bagi orang-orang yang beriman. lantas dengan apa kita itu bersyukur???
     Dinukil dari M. Khalilurrahman Al Mahfani bahwa Imam Al-Ghazali menjelaskan cara kita bersyukur kepada Allah Swt yaitu terdiri dari empat komponen. Yang pertama Syukur dengan hati. Syukur ini dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan-Nya. Allah Swt berfirman, "Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah. (QS. An-Nahl: 53). Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang ALLAH sehingga terucap kalimattsana’ (pujian) kepada-Nya. Syukur yang kedua yaitu dengan lisan. Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya. Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagi istighraq, yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah Swt, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya. Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah Swt. Sebab, Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan. Syukur yang ketiga adalah dengan perbuatan. Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan. Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda "Sesungguhnya ALLAH senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya".. (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr). Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-Nya. Allah Swt berfirman "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)". (QS. Adh-Dhuha: 11). Syukur yang terakhir yaitu dengan menjaga nikmat dari kerusakan. Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman. Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Allah Swt menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firman QS Ibrahim ayat 7 yang artinya "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sungguh adzab-Ku sangat pedih".
           Syukur merupakan sebuah proses pembelajaran bagi kita untuk senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt dan menyadari bahwa hidup didunia tidaklah kekal. Harta dan keluarga hanyalah titipan. jadi sepantasnya titipan itu kita hanya berhak memakai namun tidak punya hak milik. Lantas apa ganjaran yang diberikan Allah kepada hambanya yang senantiasa bersyukur? Memaknai kalimat tadi bahwa dibalik keikhlasan kita dalam bersyukur tentu Allah akan mengganjar kepada hambanya yang senantiasa bersyukur. Dinukil dari QS. Ibrahim ayat 7 bahwa pasti Allah akan menambah nikmat bagi hambanya yang bersyukur. Didalam Al-Qur'an sekurang kurangnya Al-Quran menginformasikan, ada 4 keutamaan balasan bagi orang yang syukur:
1. Menyebabkan Terhindarnya Siksaan
Dalam firmannya ”Mengapa Allah akan menyiksamu. Jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Syukur lagi Maha Mengetahui”. (Surat An-Nisa’; 04 : 147). Secara gamblang ayat tersebut menyatakan bahwa Allah tidak akan menyiksa hamba Nya yang bersyukur dan beriman.
2. Menyebabkan Bertambahnya Nikmat
Dan ingatlah juga tatkala Tuhan-mu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pastiKami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih””. (Ibrahim; 14 : 7) Dalam ayat diatas, Allah menyatakan pasti akan menambah nikmat apabila hambaNya bersyukur.  Janji Allah tersebut diatas  dikuatkan dengan kata kata ”pasti”, dan tidak ada syarat apapun setelahnya. Artinya, secara absolut orang orang yang bersyukur akan diberi oleh Allah tambahan nikmatnya.
3. Balasan Syukur Adalah Mutlak Tanpa Syarat
Balasan bagi hamba yang bersyukur itu mutlak, tanpa batasan dan tanpa syarat. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam  akhir ayat 145 Surat Ali Imran yang artinya Dan Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur (Ali Imran; 03 : 145).
4. Dibenci Oleh Iblis 
Karena demikian agung dan dhasyatnya syukur itu, maka iblis sangat membenci orang orang yang bersyukur. Iblis hanya akan cinta kepada orang-orang yang lalai terhadap nikmat pemberian tuhan.

          Sahabat filllah itu tadi sekelumit taushiyah mengenai syukur. saya mengajak pada diri pribadi saya dan juga para saudara-saudaraku sesama muslim, marilah senantiasa kita bersyukur kepada Allah dalam setiap langkah kita. karena hanya dengan syukur hati akan menjadi tenang.
Wallahualam bi showab





Tidak ada komentar:

Posting Komentar