Jumat, 15 Juni 2012

Islam dan Globalisasi

*Oleh Timtim A. Wicaksono
             Ikhwah fillah yang dirahmati Allah, islam sudah ada sejak 14 abad silam. Ketika waktu itu Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah untuk menjadi pemimpin dan penyampai risalah kebenaran untuk melepaskan dari masa kejahiliyahan menuju jalan lurus yang dirahmati Allah. Benturan dan rintangan yang dialami kanjeng nabi sangatlah sulit. Bahkan kehadiran Islam waktu itu banyak pertentangan. Saat ini kita hidup jauh dari Rasul dan itu tidak bisa dipungkiri bahwa keadaan islam pun semakin besar tingkat melencengnya dari agama. Keadaan seperti ini dapat saya katakan bahwa kita memasuki masa kejahiliyahan yang kedua, bahkan lebih dari jahiliyahnya masa Rasulullah. Saya dapat
mengatakan demikian karena ketika kita lihat disekeliling kita perzinaan merajalela, maksiat ada dimana-mana, dan korupsi pun sudah menjadi budaya. 
        Makna dari globalisasi adalah sebuah era global/modern dimana dunia ini terasa seperti sebuah kampung kecil. Interaksi antar negara, peradaban dan budaya semakin mudah dilakukan. Proses saling mempengaruhi antar satu budaya dengan budaya yang lain semakin intens dan dengan proses yang cepat, baik budaya itu bersifat positif atau pun negatif. Sehingga pada akhirnya globalisasi menjadi alat untuk saling mempengaruhi antara peradaban, budaya, ideologi bahkan agama.
         Lantas  yang menjadi pertanyaan apa yang menjadi permasalahan antara Islam dengan globalisasi itu sendiri? Seiring berkembangnya zaman, munculnya peta pemikiran islam menjadi beberapa pemikiran inilah yang menjadi permasalahan dalam agama. Kalau kita lihat saja pola pemikiran sebagian besar masyarakat islam sekarang terlalu menyepelekan agama, bahkan yang lebih nyiris didalam hati zaman dijadikan patokan dalam beragama, seharusnya sebagai orang yang benar-benar memegan teguh Al-Qur'an dan As-Sunnah  agama yang dijadikan patokan dalam perkembangan zaman. Hal ini yang menjadikan keliru besar dan tidak bisa dipungkiri tanda-tanda kehancuran umat pun mulai muncul. Munculnya bencana, adzab karena kebodohan manusia dalam menafsirkan Al-Qur'an dan As-sunnah. Karena mereka lebih mengedepankan akal daripada wahyu.
         Islam adalah agama yang besar, bahkan di Indonesia sendiri hampir 98% mayoritas beragama Islam. Namun yang menjadi pokok permasalahan adalah belum mencerminkan keislamanya masyarakat indonesia sekarang ini. Saya tidak berkata bohong... lha wong zina saja umum, pembangunan tempat maksiat merajalela, korupsi membudaya bahkan barang sepele seperti memahami unggah-ungguh(tata krama) saja saat ini luntur. Apakah seperti itu diajarkan oleh islam??? wahai para ikhwan dan akhwat... ingatlah kita hidup didunia hanyalah sementara, bahkan dalam sabda rasul "Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya". (HR. Ibnu Majah). Jadi kalau kita dalami, resapi, dan direnungi islam pasti bangkit dari keterpurukan.
           Runtuhnya kekuatan islam karena kaum muslimin sendiri secara gamblang telah terpedaya dengan globalisasi. Munculnya internet, televisi, BB, dan fasilitas lain merupakan sebuah penemuan mutakhir yang belum ada dizaman Rasulullah. Dan tidak bisa dipungkiri budaya kafir pun dengan embel-embel yang menarik dipopulerkan dengan kebesaran didunia maka secara mudah pula masyarakat terpedaya dengan kehadiran tersebut. Alhasil masyarakat islam pun yang sangat mudah tergoyah dengan globalisasi. 
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar